Minggu, 31 Januari 2010

Cinta, Teman

Cinta
Baru saja kamu bilang itu, teman

Dua buah tombak sekalipun sepertinya tidak akan bisa membunuh perasaanmu itu
Aku menertawakanmu,
dan kamu pun tampaknya malu
Maaf, teman, tapi tampaknya terlintas hebat di pikiranku ini tentang kamu,
tentang cerita-ceritamu dulu,
tentang kebencianmu soal cinta
Mengingat betapa banyak waktu yang kamu habiskan dulu hanya demi menceritakanku soal sesuatu yang kamu benci
Kamu bilang benci
Kamu bilang tidak akan mengingatnya lagi
Tapi belum sampai aku menyapa matahari pagi lagi, kamu masih melanjutkan kisahmu,
yang kamu benci itu

Tidak, teman
Sama sepertimu yang selalu setia mendengar keluh kesahku
Tidak sedikitpun aku bosan mendengar celotehanmu
Satu-satunya hal yang mengganjal pikiranku saat itu adalah,
kamu tidak bisa menyembunyikan perasaanmu yang masih menaruh harapan kepadanya
Pada seseorang dari kelas yang terletak jauh dari kelas kita yang sering mengajakmu bertemu setelah bel pulang sekolah
Seseorang yang selalu membuatmu meringis kegirangan saat dirinya melintas di depanmu,
yang membuatmu tidak kehabisan kata-kata saat bercerita tentang dia,
dan yang membuatmu jungkir balik karena kamu pikir dia mempunyai perasaan yang sama denganmu
Ya, kamu pernah benar-benar jatuh hati kepadanya
Kepada dia yang kemudian secara tidak bertanggung jawab meninggalkanmu dalam penuh tanya
Dua tahun terakhir yang kamu habiskan dengan penuh harap itupun hancur dalam satu hari saja
Terungkap semua sikap palsu yang pernah ditunjukkannya

Setelah itupun kamu bertekad untuk melupakannya
Seribu persen aku mendukungmu, teman
Tapi cerita bersambungmu itu membuatku sadar bahwa masih ada satu hal yang kamu inginkan,
satu hal yang kamu harap keluar dari mulutku
Bahwa aku akan mendukungmu untuk mengejarnya lagi
Teman,
aku tidak akan pernah mengatakannya

Dan setelah segala upaya kamu lakukan,
akhirnya kamu malah membenci cinta
kamu mencibir para sejoli yang terlena dalam cinta dan segala embel-embelnya yang sungguh membuatmu tertawa
Palsu,
kamu pernah mengatakan itu, teman

Tapi saat ini sepertinya berbeda,
kamu merapikan rambutmu, mulai mencoba maskara, dan sedikit centil dengan memakai rok
Sudahkah kamu membuka hatimu lagi?
Bolehkah aku percaya kamu tidak akan disakiti lagi?
Apakah kamu bahagia sekarang?

Cinta,
baru saja kamu bilang itu, teman
Percayalah,
katamu kemudian.